Jumat, 02 Desember 2011

Tokoh Tokoh Pendidikan

Tahukah kamu tokoh-tokoh pendidikan dunia?
tahukah kamu siapa pahlawan pendidikan dunia?
kalo mau tahu simak ya!


1.Fukuzawa Yukichi 
 Siapakah tokoh yang wajahnya menghiasi uang kertas sepuluh ribu yen? Dia adalah Fukuzawa Yukichi (1835-1901) yang lahir pada 10 Januari 1835 di Nakatsu, Oita Prefecture. Fukuzawa adalah tokoh yang memelopori modernisasi Jepang. Ia juga adalah pendiri dan rektor pertama Universitas Keio, Jepang. Universitas Keio (Keio Gijuku Daigaku) adalah perguruan tinggi tertua dan salah satu yang paling prestisius di Jepang. Universitas ini didirikan pada tahun 1859 sebagai perguruan tinggi swasta yang fokus pada studi Barat dan Fukuzawa mendirikan fakultas pertamanya pada tahun 1890.




Fukuzawa Yukichilah yang telah menyebarkan semangat keterbukaan dan menebarkan modernisasi di Jepang
lewat perjuangan dan karya-karyanya dalam pendidikan. Tokoh intelektual Jepang yang akhirnya membuka mata Jepang akan adanya dunia lain selain negeri Jepang ini memang rajin membuat terobosan-terobosan untuk mengubah pandangan Jepang tentang gaijin (orang asing) dan kaigai (negeri asing).


Pada masa-masa awal restorasi Meiji Fukuzawa Yukichi mengusulkan ide yang disebut Datsu A Ron (keluar dari Asia). Target orang Jepang yang paling utama ialah “mengejar sehingga melampaui negara-negara Barat”. Dalam usaha itu Jepang mengikuti contoh negara Barat sehingga berekspansi dan menjajah negara-negara tetangga sebelum perang dunia (PD) II.


Sejak kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang Jepang-Rusia tahun 1911, pemikiran Fukuzawa terbukti telah berhasil mengangkat pamor militer Jepang di dunia sekaligus membuktikan bahwa orang yang berkulit kuning (Asia) mampu mengalahkan orang berkulit putih (Eropa). Kemenangan Jepang atas Rusia ini juga berpengaruh pada kebangkitan bangsa-bangsa di benua Asia-Afrika.


Meskipun letaknya di lingkungan Asia, Jepang selalu berusaha mengabungkan diri dengan bangsa Barat. Ide Fukuzawa ini dipakai oleh pemerintahan militer Jepang yang bermaksud membangun “Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”. Bangsa Jepang tetap berada di pihak negara-negara Barat.


Fukuzawa Yukichi, juga orang Jepang yang memiliki gagasan cemerlang. Gagasan yang terkenal tercetus dalam bukunya yang berjudul “Gakumon no Susume”. Pada bagian pendahuluan buku tersebut, Fukuzawa menuliskan “Sebagai jalan yang paling ampuh untuk mencapai tujuan negara adalah melalui pendidikan sebab Tuhan tidak menempatkan manusia yang lain”. Kenyataannya dalam masyarakat memang ada orang yang berkedudukan lebih tinggi dan ada pula yang berkedudukan lebih rendah. Perbedaan ini disebabkan karena yang berkedudukan tinggi telah mementingkan pendidikan, sedangkan yang rendah sebaliknya”.


Buku yang berjudul “Gakumon no susume” ini pada tahun 1882 telah terjual 600.000 naskah. Buku ini antara lain menyatakan: 。ーManusia tidak dilahirkan mulia atau hina, kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama dengan yang lain. Siapa yang gigih belajar dan menguasai ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya, tetapi mereka yang jahil akan menjadi papa dan hina.。ア


Sejak zaman restorasi Meiji inilah Jepang telah menempatkan ilmu dan pendidikan dalam posisi penting (1860-an-1880-an). Pada akhir 1888, dikatakan, terdapat sekitar 30.000 pelajar yang belajar pada 90 buah sekolah swasta di Tokyo. Sekitar 80 persennya berasal dari luar kota. Pelajar miskin diberi beasiswa. Sebagian mereka bekerja paroh waktu sebagai pembantu rumah tangga. Namun mereka bangga dan memegang slogan: “Jangan menghina kami, kelak kami mungkin menjadi menteri!” Para pelajar disajikan kisah-kisah kejayaan individu di Barat dan Timur.


Murid setia Fukuzawa Yukichi, namanya Hayashi Yuteki, kemudian membantu sang guru dengan mendirikan perusahaan Maruya Shosha di Yokohama yang sekarang terkenal dengan sebutan Maruzen, toko buku terbesar dan terluas cabangnya di seluruh negeri Sakura (dari berbagai sumber).


Tokoh seperti Fukuzawa Yukichi ini di Indonesia mungkin bisa disetarakan dengan Ki Hajar Dewantoro yang mendirikan “Taman Siswa” dan mendapat gelar bapak Pendidikan Nasional. Sayangnya pemikiran pemikiran Ki Hajar Dewantoro kelihatannya tidak berbekas di hati masyarakat Indonesia dan para peminpin bangsa kita, sehingga mutu pendidikan nasoinal kita masih tetap ketinggalan. Masih banyak rakyat Indonesia yang belum bisa menikmati bangku sekolah, para guru banyak yang mogok mengajar karena gaji kecil, anggaran pendidikan masih jauh dari standard dan berbagai masalah yang rumit yang dihadapi dunia pendidikan kita. Jangan harap kita mampu mengejar ketinggalan dari negara lain kalau masalah pendidikan di Indonesia belum beres.


Semoga tulisan ini bermamfaat dan membuka hati para pemimpin dan rakyat Indonesia akan pentingnya pendidikan bukan saja untuk individu tetapi juga untuk membangun sebuah negara yang besar dan disegani oleh bangsa lain. Semoga.




2.John Locke
( 29 Agustus 1632 – 28 Oktober 1704 ) , Filosuf aliran empirisme yang dikenal dengan teori tabularasa sebagai tokoh pendidikan Dunia.John Locke lahir pada tanggal 29 Agustus 1632 di sebuah kota Wrington , Somersetshire kira-kira dua belas mil dari Bristol Inggris, sebagai anak seorang sarjana hukum bernama Locke , ayahnya seorang pengacara Negara dan pegawai pada Hakim perdamaian di Chew Magna yang pernah menjabat sebagai kapten kavaleri untuk parlemen pasukan pada awal bagain dari perang saudara Inggris. Ibunya Agnes Keene ,adalah putri seorang penyamak kulit dan terkenal sangat cantik.
John Locke mendapat pendidikan di rumah. Pada usia 14 tahun ia sekolah Westminster untuk persiapan ke Oxford. Locke belajar ilmu alam dan kedokteran serta mencapai gelar kesarjaan tahun 1658. Kemudian masuk dunia diplomasi dan ditempatkan di Brandenburg tahun 1665. Karena profesi diplomatnya ini, ia lalu mengunjungi banyak Negara. Dia pernah ke Paris dan Belanda pada masa Stanhourder Koning Willm III, kemudian kembali ke oxford , belajar lagi dan menjadi dokter. Ia membaca tulisan-tulisan Descrates dan merasa sangat tertarik pada filsafatnya.


Pada tahun 1683 ia pergi ke pengasingan di Belanda , di sana ia ikut serta dalam gerakan politik yang menempatkan William dari orange atas takhta Inggris. Setelah pencapaian Wiliam dari Orange , ia kembali ke Inggris, Pensiun untuk kehidupan pribadi, dan mengabdikan diri untuk studinya. Dia meninggal pada tahun 1704. Locke adalah wakil dari kebudayaan Inggris pada masanya. Dengan pikiran terbuka untuk masalah masalah yang paling beragam. Locke adalah seorang filsuf, seorang dokter medis, pendidik ,dan seorang politikus


John Locke adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan empirisme , Ia sering disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi. Menurut empirisme , yang menjadi sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun pengalaman lahiriah, Pengikut empirisme tidak puas dengan teori pengetahuan rasionalis, mereka mencoba untuk mencari teori pengetahuan lainnya yang konsisten dengan pengalaman manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Kaum empiris bertitik tolak dari pengalaman alat indera sebagai sumber dan dasar bagi apa yang kita ketahui.Selanjutnya pengalaman mengajarkan bahwa prinsif-prinsif moral tertentu dan pengertian tentang Allah, jauh dari bawaan, berbeda dengan orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan; intelek kita, pada saat pertama keberadaanya. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan ; intelek kita, pada saat pertama keberadaannya adalah sebuah tabularasa , sebuah kertas bersih yang belum ditulis. Semua tayangan kita kemudian menemukan diatasnya ( yang bagi Locke adalah ide-ide ) berasal dari pengalaman.


Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.


1. Pengalaman eksternal, yang disebut sensasi, memberi kita ide-ide yang seharusnya obyek eksternal , seperti warna, suara, ekstensi, gerak . dll Locke mengatakan “ seharusnya objek “ karena keberadaan mereka belum terbukti ( Dalam teori pengetahuan terbatas pada pengalaman konten mental, seperti Locke adalah sangat tidak mungkin untuk membuktikan keberadaan actual seharusnya ini objek )


2. Pengalaman internal, yang disebut refleksi, membuat kita memahami pengoperasian sangat pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb. Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan kompleks, menurutnya dapat diminimalkan unsur, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan pada elemen lebih sederhana. Dengan demikian gagasan mengenai sebuah apel itu kompleks karena merupakan kombinasi dari ide-ide sederhana warna, bulat, rasa dan sebagainya. Semangat regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bisa memiliki ide suara, misalnya, jika tidak dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide – ide kompleks karena dapat mengurangi mereka untuk unsur-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks baru dari elemen-elemen ini Locke membedakan 3 kelas ide kompleks :


1. Ide substansi , mewakili konstan atau stabil kumpulan ide-ide sederhana yang berkaitan dengan substratum misterius yang merupakan pusat mempersatukan mereka


2. Ide – ide mode , yang menghasilkan dari kombinasi oleh intelek dari beberapa ide-ide, sedemikian rupa untuk membentuk suatu hal yang tidak pada dirinya sendiri, tetapi sebuah property atau modus hal yang ada – sebagai contoh , sebuah segitiga, rasa, syukur.


3. Ide hubungan , yang timbul dari perbandingan antara satu ide dengan yang lain, seperti hubungan temporal dan spasial, atau hubungan sebab Selain ide-ide yang rumit, ada juga ide-ide umum, yang dihasilkan dari isolasi ide sederhana dari kompleks – misalnya , putih – dan dari ide universal sejauh ini merupakan karakteristik umum untuk beberapa sensasi serupa. Maka ide-ide umum adalah ide abstrak, dan berguna untuk menandakan koleksi sensasi umum


Teori yang sangat penting darinya adalah tentang gejala kejiwaan adalah bahwa jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan bersih bagaikan sebuah tabularasa


Dalam Buku Yang berjudul “ essay concerning human understanding “, Locke menjelaskan terungkapnya bertahap pikiran sadar ini.Berdebat melawan baik Agustinian pandangan manusia sebagai awalnya berdosa dan cartesia posisi, yang menyatakan bahwa orang bawaan tahu dasar proposisi logis. Locke berpendapat sebuah “ kosong “ pikiran, tabularasa, yang dibentuk oleh pengalaman ; sensasi dan refleksi menjadi dua sumber dari semau ide. Pemikiran mengenai pendidikan adalah garis besar tentang bagaimana mendidik pikiran ini, ia mengungkapkan keyakinan bahwa pendidikan yang menerbitkan orang itu atau lebih mendasar bahwa pikiran adalah sebuah “ lemari kosong “ dengan pernyataan, “


Dalam teori tabularasa yang menyatakan bahwa kita dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih , seperti kertas putih tanpa sifat dan tanpa idea. Apa yang kita ketahui atau kita pikirkan datang dari pengalaman. Semua informasi berdasarkan pengalaman , baik melaui alat dria kita ataupun melalui refleksi yang seterusnya sampai kepada jiwa kita.Karena itu locke ada dua sumber pengetahuan , yaitu “ pengindraan “ dan “ refleksi “. Pengetahuan pengindraan berhubungan dengan pengalaman lahiriah , sedangkan refleksi berhubungan dengan pangalaman batiniah.


Semua pengetahuan kita kaya dengan gagasan – gagasan ( ide – ide ) yang kita peroleh melalui pengalaman dalam kejadian hidup sehari – hari. Pengetahuan merupakan hasil pengujian terhadap ide . Kemudian timbul pertanyaan apakah antara idea yang satu dengan idea yang lainnya ada persesuaian . Dalam hal ini ada empat bentuk yang muncul, yaitu : 1) dalam bentuk identitas atau perbedaan , 2) dalam bentuk hubungan , 3) dalam bentuk koeksistensi atau berada bersama-sama , 4) dalam bentuk kenyataan.


Dalam bentuk yang pertama , pengetahuan diperoleh dengan cara memeriksa dua idea atau lebih, untuk melihat apakah ada persamaan atau perbedaan . Dalam pengetahuan yang kedua yaitu ada dua atau lebih idea yang berhubungan satu sama lain. Dalam bentuk yang ketiga , yaitu pengetahuan yang berpangkal pada kecocokan antara idea yang satu dengan yang lainnya . Bentuk yang terakhir , yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada pengalaman yang berada di luar jiwa kita.


Mayer menyimpulkan dari buku “ essay concerning human understanding “ sebagai berikut: Menurut John Locke , kita dapat menyatakan dunia luar secara pasti tanpa penyataan logika . Logika silogisme dari Aristoteles tidak membantu kita untuk mendapatkan pengetahuan . Memang dalam matematik terdapat silogisme , namun hal itu tumbuh dari dalil-dalil matematik yang bertautan. Kita harus selamanya dibimbing oleh pengalaman , dan probabilitas merupakan penunjuk jalan bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan . Locke juga mengemukakan bahwa ada perbedaan antara pikiran kita dengan dunia obyektif . Kita tidak dapat mengenal esensi yang sebenarnya ( hakikat ) dari phenomena material maupun spiritual. Ada hubungan yang erat antara sebab dan akibat.


John Locke sebagai penganut teori tabularasa , teori kertas putih, kertas tidak tertulis. Dalam bidang pendidikan , ia menganjurkan pengamatan gejala-gejala psikis, menurutnya , segala sesuatu . Melalui pengalaman inderawilah helai-helai kertas itu diisi. Artinya pengamatan dengan pancaindera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan ( sensation ) yang dengan jalan sistesis, analisis dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan ( reflexion ).


Sebagai pendidik , John Locke mengutamakan pendidikan jasmani. Dia juga menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu panas dan tidak terlalu sempit , makanan sehat tanpa pedas, sering menghirup udara segar, melakukan gerak olah raga , serta kapala dan kaki harus selalu dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di sekolah, karena pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari dekat kepribadian anak.


Ciri didaktik John Locke adalah :


1). Belajar seperti bermain,


2). Mengajarkan mata pelajaran berturut-turut , tidak sama ,


3). Mengutamakan pengalaman dan pengamatan ,


4). Mengutamakan pendidikan budi pekerti


Perihal pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang harus menjadi salah satu alasan penting untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan apakah orang lain menyetujui atau mencela.


John Locke mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan anak harus dibiasakan kepada yang baik – baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan kewibawaannya. Ia menolak hukuman – hukuman dan hadiah. Ia pun menolak pendidikan agama yang berlebihan. John Locke tidak setuju anak diberi Kitab Injil. Menurutnya , anak lebih baik disuruh membaca cerita-cerita Bibel


John locke adalah filusuf yang mengabdikan dirinya bukan hanya kepada dunia kedokteran tetapi ia juga pakar dalam pendidikan , ia sangat tertarik dalam pembentukan kemampuan yang dimiliki oleh anak, bahwa segala sesutu sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang memadai baik dari sarana maupun oleh latihan yang terus nerus. Itu semua dianggap benar karena tanpa ada lingkungan luar anak tidak akan kelihatan kemampuan baik kemampuan nyata ( actualty ability ) yang langsung dapat diketahui pada saat individu telah mengalami proses belajar , maupun kemampuan bakat ( potencial ability ) yaitu kemampuan potensi individu yang dimiliki secara khusus tidak dimiliki oleh individu lain , hanya mungkin di sini john terlalu mengabaikan lingkungan alami ( natural ) yang dimiliki oleh setiap anak, karena setiap individu, heriditas yang dimiliki oleh individu oleh john locke sangat diabaikan, beliau memandang bahwa pembawaan yang dimiliki oleh individu itu tidak ada , semua yang dimiliki oleh anak sekarang hanyalah pengaruh atau didikan dari luar semata.


Sementara menurut aliran holistik bahwa manusia ( human being ) itu merupakan kesatuan jiwa raga ( a whole being ) yang tak terpisahkan satu sama lain, bahwa di dalam organisme itu terdapat dorongan ( drives ) yang bersumber pada kebutuhan dasarnya ( basic needs ) yang merupakan daya penggerak ( motives ) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Holistik menekankan bahwa prilaku itu bertujuan ( purposive ) , yang berarti aspek instrinsik ( niat, tekad, azam ) dari dalam individu merupakan faktor penentu yang penting untuk melahirkan prilaku tertentu meskipun tanpa adanya perangsang ( stimulus ) yang datang dari lingkungan.


 3.Ki Hadjar Dewantara.
    Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.


Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.


Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.


Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.

Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.

Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar